Minggu, 06 November 2016

Calung anak Angklung


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar si Calung anak Angklung Jawa Barat)
_______________________________________________________________









_________________

Kata Pengantar
_________________

Yah begitu-lah Orang-orang Jawa barat itu, untuk beberpa hal
mereka berbeda dengan penduduk Nusantara lainnya di Nusantara.

Jika di Betawi di Manado, di Folres, aceh dan Tanah batak
punya Bambu sebatang, maka mereka akan memotongnya sama
panjang untuk kemudian dijadikannya layang-layang.

"Kuambil......sebatang..
kupotong....panjang...

ku ....nununu...nununu...uuu...
kujadkan layang-layang" Kata mereka-mereka itu.

Bagaimana dengan Jawa Barat...?

Sebatang bambu bisa mereka olah jadi bangku, jadi lampu,
dan jadi sepatu. Juga bisa mereka olah jadi dingding, jadi
penghalang hujan alias krei, jadi tangga dan jadi tusuk sate.

Juga dan pun...!

Mereka bisa olah jadi bunyi-bunyian, "Bunyi suling, bunyi
Bunyi kentongan, bunyi Angklung dan bunyi calung".

Ehem....!

Para kawan dimanapun berada...!

Angklung Jawa Barat itu adalah seorang Bapak yang punya istri
lebih dari satu. Ada namanya kanekes, reyog, dogdog, badeng
padael, toel dan gubrak.

Dari hasil pernikah  ini lahirlah yang namnya si "Calung"
dan si Calung inipunya anak pula, namanya si Rantai dan si
Jinjing.

Diantara kedua anaknya ini yang paling banyak disukai orang
adalah si Jinjing.

Kawan sekalian...!

Itu yang penulis tangkap dalam bahasa anekdot / humor tentang
hubungan "Angklung dengan Calung".

Berikut info lengkapnya.

...dan...

Selamat menyimak...!

________________________________________________

Sekilas info tentang Calung anak Angklung
________________________________________________










* Pengertian


Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe
(purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang
dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung
adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari
ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi l
aras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la).

Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi
wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari
awi temen (bambu yang berwarna putih).

Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat
dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda
yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.


* Calung rantay



Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit
waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya
7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih.

Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua
deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara
memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk
bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik
rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat
ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung
tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung
rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.


* Calung jinjing








Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang
disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing
terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking
(terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2
tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu),
dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung
dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan
calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung
gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara
memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul,
dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut.

Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter,
dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek),
salancar, kotrek, dan solorok.

* Perkembangan

Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal secara umum
yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik
yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada
masyarakat Sunda di daerah Sindang Heula - Brebes, Jawa tengah,
dan bisa jadi merupakan pengembangan dari bentuk calung rantay.

Namun di Jawa Barat, bentuk kesenian ini dirintis popularitasnya
ketika para mahasiswa Universitas Padjadjaran (UNPAD) yang
tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan Mahasiswa (Lembaga
kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini melalui
kreativitasnya pada tahun 1961.

Menurut salah seorang perintisnya, Ekik Barkah, bahwa pengkemasan
calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami oleh bentuk permainan
pada pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh, gerak dan lagu
dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk permainan dan tabuh
calung lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub
Teater Bandung (STB; Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun
1964 - 1965 calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan
di UNPAD sebagai seni pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi
(penyuluhan (Oman Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi,
Zahir, dan kawan-kawan), dan grup calung SMAN 4 Bandung
(Abdurohman dkk). Selanjutnya bermunculan grup-grup calung di
masyarakat Bandung, misalnya Layung Sari, Ria Buana, dan Glamor
(1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan nama-nama
idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko Hendarto,
Adang Cengos, dan Hendarso.

Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga
ada penambahan beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek,
kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard
dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak
bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan
Hendarso.

___________

Penutup
___________

Demikian infonya para kawan sekalian...!

Dan jika info-info ini semua diperdalam, maka kedalamannya
bisa sampai pada cerita-nya "Dwi Sri" sebagai Dewi Padi-nya
orang Jawa Barat, yang terkadang mereka panggil ke bumi
dengan alat musik bambu ini, guna membuat tanaman padi
mereka lebih subur.

Tapi cerita di lain waktu daja-la itu.
Di lain waktu saja-la itu kita ceritakan.

Selamat malam...!




________________________________________________________________
Cat :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar